Bundaran HI dan Keberanian Bermimpi
Hal yang aku rasakan ketika menyusuri bundaran HI adalah aku menggantungkan semua kekhawatiran ku tentang masa depan. Perlahan, mimpi-mimpi yang dahulu ingin digapai perlahan bermunculan satu demi satu.
Di tengah riuh nya orang yang lalu lalang, pedagang yang menjajakan makanan dan minuman, deru kendaraan, pekatnya kegelapan malam dan cahaya bulan temaram. Aku menyadari, aku hanya bagian kecil dari dunia ini. Aku tersadar, aku bukanlah pusat dunia ini dan tidak semua permasalahan ku itu mendapatkan perhatian. Maksud nya, bahkan menemukan orang yang betul-betul perhatian mendengarkan itu malah hanya sangat sedikit.
Waktu yang terus berjalan.. umur yang bertambah.. hari-hari bergulir..
Di Patung Selamat Datang, pikiran ku melayang saat aku yang dahulu bermimpi banyak hal dan satu demi satu ada yang tercapai, namun juga banyak yang direlakan. Sejenak di sana, aku menggantungkan semua overthink ku tentang kehidupan, hanya berfokus menikmati kesendirian dalam keramaian di bundaran HI.
Ternyata aslinya, mungkin aku saja yang membuat segala-galanya menjadi rumit dan ruwet. Semuanya hanya di kepala ku sendiri.
Dan mungkin inilah saatnya kaki melangkah, keluar dari zona nyaman, memberanikan diri meraih impian, mulai menyelesaikan permasalahan satu demi satu.
Tidak apa lambat dan lama, karena memang aku tidak berlomba dengan siapapun, aku hanya berusaha menjadi versi yang lebih baik dari diriku sebelumnya.
Hanya bedanya malam pekat dan cahaya bulan digantikan matahari bersinar dan langit yang biru
Sama-sama indah, dengan cara yang berbeda ^^
Nice the story 😊😊😊☺️☺️
BalasHapus