Tianmen dan Lautan Manusia - Part 2
Sabtu, 19 Oktober 2019
Saya mencubit pipiku, kurasakan sakit. Ternyata bukan mimpi, that’s real.. Saya akhirnya sampai di Beijing. Kami mendarat kira-kira jam 01.00 dini hari waktu Beijing.
Penerbangan dari Kuala Lumpur menuju Beijing menempuh waktu kurang lebih 5 jam. Jadi saya terbang menggunakan AA dengan transit di Kuala Lumpur. Kami terbang dari Jakarta hari Jumat, 18 Oktober jam 13.00 dan sampai di Kuala Lumpur jam 16.00 (waktu KL).
Tiba di bandara KL walau hanya sekadar transit membangkitkan perasaan nostalgia. Kamu bisa cek rasa nostalgia nya di postingan saya sebelumnya ketika saya ke Genting Highland dan Batu Caves.
Kemudian lanjut kami terbang dari KL pada jam 18.30 p.m menuju Beijing dan sampai di esok harinya. Akibat memang harga yang bisa dibilang cukup murah, saya merasa sangat capek karena saya tidak bisa tidur selama di pesawat. Waktu berputar lambat. Lega rasanya begitu sudah sampai Beijing.
Perjuangan untuk istirahat belum selesai, saya masih harus antri imigrasi di tengah kesesakan turis yang turun dari pesawat. Untuk cek imigrasi Beijing, saya mendaftarkan sidik jari dan juga mengisi departure card yang ada di sudut dekat imigrasi.
Akhirnya selesai.. Puji syukur pada Tuhan saya dan papa saya bisa keluar dengan selamat dari bandara PEK, Beijing. Saya melanjutkan perjalanan ke hotel yang telah saya pesan yaitu Days Inn Forbidden City (lantai Basement). Sekadar informasi, untuk ke hotel saya memesan mobil dari bandara untuk mengantarkan ke hotel dengan pertimbangan agar cepat sampai ke hotel dan bisa segera beristirahat. Harga carter-an ini 200 RMB. Andai kalian tertarik saya bisa share kontak agen nya.
Begini kamar kami di Hotel Days Inn Forbidden City
Pagi hari nya setelah kami istirahat 4 jam-an kami berangkat menuju Tiananmen Square menggunakan MRT dari stasiun Wangfujing Street.
Tips yang tidak bosan saya ulang adalah sebaiknya prepare sebaik mungkin rute tujuan stasiun tujuan nya dan jangan lupa aktifkan google translate karena saya kesulitan berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Untung papa saya bisa bahasa Mandarin jadi lumayan membantu.
Tips yang tidak bosan saya ulang adalah sebaiknya prepare sebaik mungkin rute tujuan stasiun tujuan nya dan jangan lupa aktifkan google translate karena saya kesulitan berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Untung papa saya bisa bahasa Mandarin jadi lumayan membantu.
Untuk ke Tian An Men menggunakan MRT kami turun di stasiun Tian An Men East. Kemudian keluar sesuai petunjuk arah dan sampailah kami ke rombongan lautan manusia yang sedang berkunjung ke Tian An Men. Sepertinya banyak sekali keluarga – keluarga dari Beijing atau daerah lain di China yang berwisata juga ke Tian An Men.
Mari melihat lebih jauh lagi, ada apa di Tian An Men yang merupakan tempat wajib dikunjungi ketika sedang di Beijing.
Tian An Men merupakan tempat jenazah Mao Zedong disemayamkan. Mao Zedong sendiri merupakan presiden Tiongkok yang pertama yang menghantarkan China menjadi komunis. Beliau merupakan tokoh penting dalam sejarah Tiongkok yang mengantarkan Tiongkok menjadi kian besar hingga sekarang ini. Dalam Tian An Men sendiri ada bermacam-macam tempat yang dapat dijelajahi seperti Great Hall of People, National Museum of China, Mausoleum Mao Zedong.
Tian An Men merupakan bangunan saksi sejarah China mulai dari abad ke-20 yang hingga kini masih dijaga kebersihan dan dirawat dengan sangat baik.
Tian An Men juga menjadi saksi ketika terjadi demonstrasi besar-besaran di China pada tahun 1989 silam yaitu ketika ribuan orang berkumpul untuk berjuang untuk menuntut demokrasi di tengah tebalnya komunis kala itu. Tragedi ini juga menjadi saksi bisa China kembali bangkit dan menjadi lebih besar lagi.
Lanjut ke Kota Terlarang atau Forbidden City yang sekompleks juga dengan Tian An Men. Kota Terlarang atau nama bahasa Mandarin nya Zijin Cheng merupakan istana kerajaan yang sudah ada sejak dinasti Ming dan dinasti Qing. Layaknya kerajaan kota ini dijaga oleh kawalan dan dikelilingi penjaga. Kota terlarang ini diakses melalui gerbang Tiananmen.
Untuk bisa memasuki kawasan kota terlarang yaitu museum istana nya perlu membeli tiket tambahan sebesar 60 RMB. Sayang disayang karena begitu padat dan antusias warga Beijing, saya dan papa tidak kebagian tiket untuk masuk melihat langsung area kota terlarang. Jadilah hanya berfoto dan berjalan-jalan di sekitar kota terlarang saja.
Selesai foto dan explore Tian an men dan Forbidden city, saya dan papa melanjutkan ke Zhongsan Park. Jadi Zhongsan park itu taman yang ada di kompleks Tian an men.
Namanya taman, awalnya saya pikir hanya beberapa petak tanah. TERNYATA SALAH TOTAL.
Zhongsan park ini LUAS, LUAS BANGET. Saking luasnya saya sampai deg-deg an nyasar dan susah mencari exit gate nya :P
Zhongsan park juga merupakan taman yang sudah ada sejak dinasti Ming dan Qing. Jadi terbayang kan seperti apa peninggalan sejarah di taman ini. Saya pun merasakan ketika di taman suasana yang “oldies” namun tertata rapih dan bersih.
Kesimpulan, Kesan Pesan :
- Tempatnya bersih, rapi, nyaman dengan suasana oldies
- Sorry to say tapi saya kangen toilet berdampingan dengan shower/penampungan air seperti di Indonesia :P
- Jalan kaki super jauh untuk mengitari wisata Tian an men. Dalam sehari total bisa lebih dari 20 KM berjalan kaki.. *langsung pijat kaki*
- Dingin nya musim gugur di Beijing
- Amazing dengan turis lokal yang sangat antusias untuk berkunjung ke tempat sangat bersejarah di Beijing.
Sekian post saya kali ini. Akan saya lanjutkan ke part selanjutnya mengenai destinasi wisata lainnya.
Komentar
Posting Komentar